Selasa, 12 Januari 2010

Konversi dari teks ke ucapan (text to speech)

Konversi dari teks ke ucapan terdiri dari dua hal, yaitu :
1. mengubah dari teks ke fonem (text to fonem)
2. mengubah dari fonem ke ucapan (fonem to speech)

Teks ke fonem

Proses yang terjadi pada teks ke fonem adalah mengubah kalimat(teks) yang dimasukan dalam suatu bahasa tertentu yang berbentuk teks menjadi kode-kode bunyi yang biasanya diartikan menjadi kode fonem. Sedangkan kode fonem sendiri terdiri dari kode sampa, nilai duras dan nilai pitch (frekuensi dasar). Pada prinsipnya proses ini melakukan konversi dari symbo lsimbol tekstual menjadi symbol-simbol fonentik yang mempresentasikan unit bunyi terkecil dalam bahasa, sedangkan setiap bahsa memiliki atuaran cara pembacaannya. Hal ini yang menyebabkan implementasi unit converter teks ke fonem menjadi sangat spesifik terhadap suatu bahasa. Karena setiap bahasa memiliki jumlah fonem yang berbeda sehingga mempunyai kode sampa yang berbeda pula. Maka, dibutuhkan diphone database yang berbeda untuk tiap bahasa.





cotoh : kata ‘yo’ dikodekan dengan kode fonem dengan kode sebagai berikut :

‘y’ dikodekan ‘j 25 100 50 100’
‘o’ dikodekan ‘Q 25 100 50 100’

Pada contoh diatas memiliki arti bahwa pada huruf ‘y’ dan ‘o’ pada durasi 25 ms, pitchnya senilai 100 hz.Jika kode tersebut kita masukan ke dalam engine MBROLA maka suara yang akan dihasilkan masih berupa suara yang datar tanpa intonasi karena memiliki durasi dan pitch yang sama.


Fonem ke ucapan

MBROLA adalah Speech syntheizer yang menggunakan teknik penggabungan segmen bunyi berdasarkan pangkalan diphone (diphone concatenation), merupakan salah satu converter yang dibuat oleh TCTS Lab (TTS Research Team, Belgia), yang dapat beroprasi pada system operasi windows maupun yang lain, dan dapat menggunakan bahasa pemograman delphi, java, visual basic dan bahasa pemograman yang lain. Software ini digunakan untuk mengubah kode kode fonem menjadi suara/ ucapan.



Engine MBROLA hanya dapat membaca kode-kode fonem dalam file berextension ‘.pho’. Diphone database harus kita masukan untuk mendefinisikan jenis suara berprosodi seperti apa yang akan dikeluarkan. Diphone adalah gabungan dari dua buah fonem, dan menggunakan teknik diphone concatenation yang bekerja dengan menggabungkan segmen-segmen bunyi yang telah direkam sebelumnya.dan setipa segmen merupakan gabungan dari dua buah fonem (diphone). Teknik ini digunakan agar dapat menghasilkan tingkat kenaturalan yang tinggi. Prosodi dataset, seperti yang kita ketahui bahwa posodi adalah intonasi, dalam hal ini adalah intonasi suara yang dikeluarkan synthesizer MBROLA sesuai dengan pitch dan durasi yang tercantum pada kode fonemnya. Sedangakan model prosodi dataset adalah suatu model perbaikan ucapan yang dilakukan pada sistem texs to speech dengan penambahan kosakata serta memasukkan parameter dari durasi dan pitch yang diubah-ubah berdasarkan langkah-langkah percobaan, sehingga menghasilkan sistem text to spech yang memiliki intonasi pada kata yang diucapkan.

Pada bagian teks ke fonem, teks dijabarkan dalam bentuk kode fonem yang kemudian kode-kode fonem itu akan dikonversikan menjadi kode sampa yang akan dimengerti oleh synthesizar MBROLA. Dalam synthesizer MBROLA yang akan terjadi adalah, kode-kode sampa yang telah berisikan pitch dan durasi akan disuarakan, pastinya sesuai dengan bahasa yang dimengerti synthesizer MBROLA. Oleh sebab itu dalam pembutan sistem text to speech ini, sistem harus mengkonversi teks menjadi bahasa yang dikenali oleh MBROLA, sehingga dapat dibaca.

Televisi Satelit

Televisi satelit pada dasarnya ditujukan kepada penggunaan satelit untuk menyiarkan program TV dari broadcasting centre ke daerah geografis yang besar. Televisi satelit menggunakan satelit GEO sebagai point – to- multipoint repeater yang menerima beberapa siaran televisi dari broadcasting centre (uplink) dan mengirimkan kembali (downlink) ke operator TV kabel, home dish dan lain – lain, yang letaknya didalam footprint satelit itu sendiri. Satelit dapat menyediakan acara TV secara langsung dari satelit ke pengguna (DTH television) atau secara tidak langsung dengan bantuan jaringan kabel atau jaringan broadcast teresterial, dimana satelit memberikan sinyal ke sentral operator dan mengirimkan kembali kepada pengguna yang menggunakan jaringan kabel atau melalui jaringan broadcast teresterial. Untuk layanan DTH yang termasuk kategori receive – only, antena receiver ditempatkan di pengguna untuk menerima acara TV secara langsung dari satelit.
Direct-to-Home Satellite Television
Direct-to-Home (DTH) Satellite Television ditujukan untuk penerimaan ecara langsung program atau siaran TV satelit oleh pengguna langsung darisatelit ke pengguna (pesawat televisi) melalui antena penerima yang mereka miliki sendiri. Layanan DTH dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis yaitu Television receive-only (TVRO) dan layanan Direct Broadcast Satellite (DBS), tergantung pada band frekuensi yang disediakan dan ukuran dari antenna penerimanya. TVRO bekerja pada frekuensi C-Band dan DBS bekerja pada frekuensi Ku-Band. Gambar konfigurasi DTH dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Direct to home satellite television [6]
Direct Broadcast Satellite (DBS) Service
Direct Broadcasting Satellite (DBS) Service adalah suatu layanan yang menggunakan satelit untuk memancarkan bermacam-macam kanal dari program televisi satelit agar langsung diterima pesawat televisi (melalui antenna). Seluruh acara televisi satelit dikompres secara digital pada broadcasting centre untuk ditransmisikan ke satelit DBS yang selanjutnya satelit ini akan memancarkan kembali siaran yang diterimanya ke bumi sehingga bisa ditangkap langsung oleh home dish yang berada dalam coverage – nya.

Sistem Operasi Symbian

Symbian merupakan sebuah perusahaan patungan antara Nokia, Motorola, Erikson, Matsushita, dan Psion. Symbian didirikan untuk membuat sistem operasi yang optimum untuk perangkat bergerak yang diberi nama sistem operasi Symbian. Semenjak berdiri hingga sekarang, sistem operasi Symbian telah memimpin dalam industri perangkat bergerak seperti communicator dan smartphones. Sistem operasi Symbian dirancang untuk perangkat bergerak yang mengutamakan efisiensi penggunaan sumber daya memori dan baterai. Platform Symbian terbuka untuk umum dengan pustaka API (Application Programming Interface) yang cukup lengkap, sehingga banyak aplikasi-aplikasi yang sudah dibuat untuk sistem operasi ini. Aplikasi dapat dibuat dalam beberapa bahasa seperti C++, Java, atau VC++ dan lain-lain.

Dimana sistem operasi Symbian sendiri dibuat dengan bahasa C++. Sistem operasi Symbian (www.Symbian.com) adalah sistem operasi 32 bit, dengan konsep little endian dan berjalan pada beberapa tipe arsitektur mikroprosesor ARM (Advance RISC Machines). Sistem operasi Symbian bekerja dengan prinsip preemptive multitasking. Dukungan terhadap perangkat-perangkat keras terintegrasi dalam kernel extention yang ditulis dalam Dll (Dynamic linking library) yang terpisah. Kernel berjalan dalam mode privileged dan memberikan layanan ke aplikasi yang berjalan dalam mode unprivileged lewat User Llibrary. Symbian OS juga memberikan kumpulan-kumpulan library seperti networking (TCP/IP, PPP, FTP) communication (Bluethooth, IrDA). Layanan-layanan tersebut dapat diakses dengan menggunakan konsep hubungan client-server. Client mengunakan layanan API yang diberikan oleh server untuk berkomunikasi dengan server. Semua hubungan komunikasi client-server diatur oleh kernel.
Pembangunan Aplikasi dengan Symbian C++
Banyak developer-developer yang membangun aplikasi-aplikasi untuk sistem operasi Symbian didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya sebagai berikut:
a) Symbian OS ditulis dalam bahasa C++, sistem operasi seluruhya berbasis sistem object oriented sehingga flexible dan efisien.
b) Adanya API (Application Programming Interface) yang mempermudah pembuatan aplikasi.
c) Menyediakan mekanisme manajemen memori yang dapat dilakukan secara langsung oleh pembuat aplikasi.
d) Proses berdasarkan event driven, sehinggan penghematan memori dapat dilakukan oleh pembuatnya.
Pembangunan aplikasi pada sistem operasi Symbian menggunakan perangkat lunak “series 60 SDK for symbian C++” yang disediakan oleh nokia dan dapat didownload secara gratis. Perangkat lunak ini terdiri dari compiler, emulator, dan dokumentasi bahasa Symbian C++. Pada dasarnya pembangunan aplikasi menggunakan Symbian C++ dapat menghasilkan tiga jenis target aplikasi, yaitu executable (*.exe), dynamic linked library (*.dll) dan, application (*.app). Exe dan dll merupakan aplikasi yang terdiri dari paket-paket binary yang menjalankan suatu proses pada system operasi Symbian Executable (*.exe) dan dijalankan sebagai proses baru yang berupa aplikasi dilevel console, sedangkan dynamic linked libraries (*.dll) dijalankan sebagai bagian dari suatu proses. Berbeda dengan exe dan dll, application (*.app) merupakan aplikasi yang terdiri dari user interface yang dijalankan sebagai proses-proses yang terpisah. App adalah jenis aplikasi yang banyak digunakan untuk berinteraksi dengan menjalankan beberapa proses sekaligus dalam satu atau lebih thread.

Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Jauh dan Jarak Dekat

Berdasarkan jarak yang ditempuh, sistem transmisi wireless optik dapat dibedakan menjadi jarak jauh dan jarak dekat. Kedua jenis sistem ini memiliki dasar yang sama hanya memiliki perbedaan mendasar antara lain pada rugi-rugi atmosfer. Rugi-rugi atmosfer ini memiliki pengaruh yang kecil untuk sistem jarak dekat bahkan tidak memberikan pengaruh untuk sistem indoor. Power budget hampir seluruhnya ditentukan oleh daya pancar transmitter, free space loss, dan sensitivitas penerima.
a.Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Jauh
Komunikasi wireless optik akan sangat dipengaruhi oleh redaman atmosfer dan fading pada jarak yang relatif jauh, misalnya 500 meter. Sistem transmisi jarak jauh harus memiliki system power budget yang baik untuk menjamin transmisi error free khususnya apabila sistem ini akan menggunakan transmisi kecepatan tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur konfigurasi masing-masing komponen yaitu pemancar, jalur propagasi dan penerima. Untuk menghasilkan power budget yang baik, sistem jarak jauh dapat menggunakan semikonduktor laser 3B yang dapat menghasilkan daya pancar sekitar 100 mW (+20 dBm). Standart safety merekomendasikan bahwa sistem tersebut harus ditempatkan sehingga pancaran tidak dapat diganggu ataupun dilihat langsung oleh manusia. Sumber dengan daya pancar yang lebih lemah dapat digunakan dengan menambahkan erbium doped fiber amplifier (EDFA) untuk menghasilkan daya di penerima yang sama.
Power budget yang baik menghendaki rugi-rugi propagasi keseluruhan yang minimal sehingga sistem jarak jauh mengharuskan terbentuknya jalur line of sight antara pemancar dan penerima. Sensitivitas penerima merupakan salah satu faktor penting dalam sistem jarak jauh dalam menentukan power budget. APD banyak digunakan pada sistem jarak jauh karena memiliki sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan PIN photodiode serta dapat mencapai jarak yang lebih jauh lagi. Sistem komunikasi optik jarak jauh sangat ditentukan oleh rugi-rugi atmosfer sepanjang jalur propagasi yang terdiri dari free space loss, clear air absorption, hamburan dan pembiasan. Free space loss menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan terhadap daya yang diterima pada apertur penerima. Clear air absorption adalah proses kenaikan window transmisi dengan rugi-rugi rendah yang berpusat pada panjang gelombang 850 nm, 1300 nm, dan 1550 nm. Proses ini identik dengan absorption loss pada fiber optic sehingga perangkat optoelektronik yang sama dapat digunakan.
Hamburan dan pembiasan antara lain diakibatkan oleh hujan, kabut, dan yang memberikan efek redaman terhadap daya yang dipancarkan. Performa komunikasi optik terburuk terjadi pada musim dingin karena meratanya hujan, kabut, dan salju yang tinggi. Kendala lain yang muncul link wireless optik jarak jauh dengan pemancar dan penerima yang diletakkan pada bangunan yang tinggi adalah goncangan bangunan yang diakibatkan oleh angin atau gempa yang dapat mempengaruhi pancaran. Masalah ini dapat diatasi dengan dua macam cara yang berbeda yaitu beam divergence dan active tracking. Dengan beam divergensi, berkas pancar disebar sehingga ketika tiba di link penerima, beam ini membentuk kerucut optic yang cukup besar. Bergantung pada desain produk, pada umumnya penyebaran berkas mencapai sudut 3-6 miliradian dan memiliki diameter 3-6 meter setelah menempuh jarak 1 kilometer. Bila penerima terletak pada pusat pancaran, penyebaran tersebut dapat berkompromi dengan error.
b. Sistem Komunikasi Wireless Optik Jarak Dekat
Sistem jarak dekat memilki prinsip yang sama dengan sistem jarak jauh akan tetapi memiliki parameter-parameter yang berbeda dalam penentuan kinerja sistem. Sistem jarak dekat ini biasanya memiliki jarak antara pemancar dan penerima kurang dari 500 meter. Berdasarkan tempat propagasi, sistem transmisi optic pada jarak dekat dapat dibedakan menjadi komunikasi indoor dan outdoor.
1 Sistem Komunikasi Wireless Optik Outdoor
Sistem jarak dekat outdoor dapat digunakan untuk menyampaikan link kapasitas tinggi antara bangunan yang berdekatan, dengan memanfaatkan pemancar kelas 3B yang berdaya tinggi sehingga power budget yang baik dapat diterapkan. Kekomplekan sistem keseluruhan dan biaya yang diperlukan untuk sistem jarak dekat jauh lebih kecil dibandingkan sistem jarak jauh karena tidak memerlukan automatic aligment dan tracking. Hal ini disebabkan sistem jarak dekat memiliki rugi-rugi yang lebih kecil sehingga lebih toleran terhadap berkas pancar yang lebih lebar.


2 Sistem Komunikasi Wireless Optik Indoor
Komunikasi pada sistem indoor dapat dibentuk antara perangkat komunikasi portabel seperti laptop, personal digital assistants ataupun telepon portable dengan base station yang biasanya terhubung ke jaringan lain melalui komputer. Sistem indoor memiliki prinsip yang tidak jauh berbeda dengan sistem outdoor akan tetapi pada prakteknya desain sistem ini sangat berbeda. Sistem ini harus memenuhi eye safety kelas 1 pada tabel yang sudah diberikan di atas sehingga sumber optik yang digunakan sebagian besar adalah LED. Penggunaan laser pada sistem indoor memiliki kesulitan untuk menghasilkan power budget yang baikl karena tidak dapat menggunakan daya pancar yang tinggi. Sistem indoor menghasilkan performa yang lebih baik dengan menggunakan LED sebagai sumber cahaya karena dapat memancarkan daya yang lebih tinggi dan masih tetap dalam daerah safety kelas 1. hal ini disebabkan LED bukan merupakan sumber titik sebagaimana laser, LED merupakan sumber yang memiliki area tertentu sehingga apabila dibentuk image di retina mencakup daerah yang luas sehingga daya didifuskan.

General Packet Radio Service (GPRS)

Di dunia industri komunikasi bergerak (mobile), data bergerak dan multimedia kini menjadi fokus pengembangan, dan General Packet Radio Service (GPRS) menjadi kunci yang memungkinkan untuk meraih sukses di pasar. Alasannya adalah melalui GPRS, ledakan pertumbuhan layanan internet melalui jaringan kabel (telepon), sekarang dimungkinkan penyalurannya melalui komunikasi bergerak. Nortel Networks, Ericsson,

Siemens, Nokia dan banyak industri telekomunikasi lainnya dalam publikasinya menyatakan telah mampu mengawinkan Web dengan telepon bergerak menggunakan teknologi GPRS yang kini mulai gencar ditawarkan kepada para operator GSM dan TDMA. GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip tunnelling. GPRS menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara kasar sampai 115 kbps dibandingkan dengan 9,6 kbps yang dapat disediakan oleh GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara sharing di antara beberapa pengguna sehingga sangat efisien. Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan. Pengguna ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau diterima, tanpa memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada layanan-layanan IP.
GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan komunikasi bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang lebih tinggi dengan tarif rendah, sehingga membuat layanan data menjadi menarik bagi pasar. Para operator jaringan komunikasi bergerak di luar negeri kini melihat GPRS sebagai kunci untuk mengembangkan pasar komunikasi bergerak menjadi pesaing baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan kabel, yakni layanan internet. Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet melalui jaringan kabel (telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak. Sebagai contoh misalnya adalah laporan cuaca, pemesanan makanan, berita olah raga sampai ke informasi seperti berita-berita penting harian. Kontrak kontrak pengadaan GPRS dan produk-produk pendukungnya antara pabrik-pabrik pembuat perangkat telekomunikasi dengan operator jaringan komunikasi bergerak pun bermunculan. Kontrak jaringan GPRS pertama di dunia telah dilaksanakan di bulan Maret 1999 yang lalu antara Ericsson dengan operator komunikasi bergerak di Jerman; T-Mobile. Berikutnya, Ericsson juga menangani kontrak dengan operator One 2 One di Inggris, SmartTone Mobile Communication di Hongkong, Omnipoint di Amerika Serikat. Perusahaan perangkat komunikasi lainnyapun seperti Nortell Networks, Nokia dan lain-lain kini ikut berkompetisi menawarkan kontrak-kontraknya dengan para operator yang berkeinginan memasarkan layanan GPRS.
GPRS menggunakan modulasi radio yang sama dengan standar GSM, pita frekuensi yang sama, struktur burst yang sama, hukum-hukum lompatan frekuensi yang sama, dan struktur bingkai (frame) TDMA yang sama. Kanal-kanal data paket yang baru sangat mirip dengan kanal-kanal lalulintas percakapan. Dengan demikian BSS (Base Station Subsystem) yang sudah ada akan menyediakan cakupan GPRS lengkap mulai dari ujung jaringan. Namun dibutuhkan sebuah entitas jaringan fungsional baru, yakni PCU (Packet Control Unit) yang berfungsi sebagai pengatur segmentasi paket, akses kanal radio, kesalahan-kesalahan transmisi dan kendali daya.

Jaringan GPRS merupakan jaringan terpisah dari jaringan GSM dan saat ini hanya digunakan untuk aplikasi data.Komponen-komponen utama jaringan GPRS adalah :
a. GGSN; gerbang penghubung jaringan GSM ke jaringan internet
b. SGSN; gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS
c PCU; komponen di level BSS yang menghubungkan terminal ke jaringan GPRS
Penyebaran jaringan GPRS adalah dimulai dengan introduksi sebuah subsistem jaringan overlay baru Network SubSystem (NSS). NSS memilki dua elemen jaringan baru yakni Serving GPRS Support Node (SGSN) dan Gateway GPRS Support Node (GGSN). SGSN memiliki tingkat hirarki yang sama dengan MSC dan VLR, menjaga alur (track) lokasi dari setasiun-setasiun bergerak individual dan melakukan fungsi-fungsi keamanan dan kendali akses. SGSN dihubungkan ke BSS melalui Frame Relay. GGSN secara kasar analog dengan suatu Gateway MSC yang menangani antarkerja dengan jaringan-jarinan IP eksternal. GGSN membungkus ulang dengan format baru (mengenkapsulasi) paket-paket yang diterima jaringan-jaringan IO eksternal dan merutekannya menuju SGSN menggunakan GPRS tunnelling protocol. Walaupun para pelanggan secara continue dihubungkan ke jaringan melalui GPRS, spektrumnya tetap tinggal bebas bagi pelanggan lain untuk menggunakannya jika tidak ada data yang ditransfer. Tidak hanya dalam hal tersebut, GPRS memungkinkan pemultiplekan spektrum secara statistik. Hal ini berarti tidak ada waktu penciptaan panggilan dan operatornya dapat dapat juga menawarkan berbagai layanan sehingga membuatnya menjadi suatu landasan yang ideal bagi layanan data yang memiliki nilai tambah.

FILTER GELOMBANG MIKRO

Filter merupakan rangkaian yang meloloskan sinyal pada lebar pita frekuensi tertentu dan meredam sinyal pada frekuensi yang tidak dinginkan. Berdasarkan daerah frekuensi yang dilewatkan, filter dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: LPF ( Low Pass Filter ), HPF ( High Pass Filter ), BPF ( Band Pass Filter ) dan BSF / BRF ( Band Stop Filter/ Band Reject Filter ).Respon frekuensi dari keempat filter tersebut adalah sebagai berikut :

Suatu filter ideal mempunyai nol rugi-rugi penyisipan (insertion loss) dan group delay yang relatif konstan pada passband, dan redaman yang sangat besar pada stopband. Secara praktis, perancangan sebuah filter sangat menyimpang dari kondisi ideal. Yang terbaik yang dapat terpenuhi adalah untuk mendapatkan sebuah filter yang dapat bekerja dengan cukup baik pada frekuensi yang dibutuhkan. Dalam merancang sebuah filter, persamaan yang dipakai dalam perancangan filter jenis lain pada umumnya menggunakan parameter prototipe LPF (Low Pass Filter), kemudian disintesis dengan pemetaan ke jenis filter yang dirancang dan berberapa parameter yang harus diperhatikan, yaitu: Bandwidth , Frekuensi dan atenuasi pada stop band, Impedansi masukan dan keluaran, Return Loss, Insertion Loss dan Group delay
TIPE FILTER GELOMBANG MIKRO
Pada dasarnya filter dapat dibuat sesuai dengan komponen yang digunakan, dalam hal ini berdasarkan komponen yang digunakan filter dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu menggunakan komponen diskrit dan komponen terdistribusi.
Filter dengan menggunakan komponen – komponen diskrit biasanya tersusun atas komponen reaktif R ( resistor), L ( Induktor), C (Kapasitor) atau biasa disebut filter pasif dan komponen R,C penguat / Operational Amplifier ( filter aktif).
TERDISTRIBUSI
Filter dengan menggunakan komponen – komponen terdistribusi tersusun atas componen yang berasal dari komponen L,C,R terdistribusi (saluran transmisi). Dalam hal ini beberapa contoh saluran transmisi diantaranya saluran strip, mikrostrip, waveguide, coaxial dan jenis saluran transmisi yang lain.

CDMA 20001X EV-DO

CDMA 20001X EV-DO
CDMA merupakan sistem seluler yang menggunakan IS-95A sebagai standard air interface. Dalam perkembangannya CDMA mengalami perbaikan sampai pada CDMA 2000 yang berganti standard menjadi IS-95B. Untuk pengembangan selanjutnya CDMA Code Division Multiple Access (CDMA) adalah teknologi digital seluler yang menggunakan sistem pengkodean yang unik, dijamin kenyaman tinggi dan memiliki kapasitas spektrum yang besar.Sistem ini menggunakan kode – kode korelatif untuk membedakan satu pengguna dengan pengguna yang lain. Sinyal - sinyal CDMA itu pada penerima dipisahkan dengan menggunakan sebuah korelator yang hanya melakukan proses despreading spektrum pada sinyal yang sesuai. Sinyal- sinyal lain yang kodenya cocok, tidak di-despread dan hasilnya sinyal - sinyal lain itu hanya menjadi noise interferensi. CDMA 2000 IX EV-DO adalah tahap pertama dari evolusi CDMA 2000 IX. Spesifikasi IX EV-DO ditetapkan oleh oganisasi standar 3G, 3GPP2 (IS-856). EV-DO menempatkan data dan suara dalam kanal yang terpisah sehingga data dapat dikirimkan dalam kecepatan 2,4 Mbps. EV-DO dikenal sebagai High Rate Packet Data Air Interface. EV-DO adalah teknologi yang memungkinkan layanan internet secara wireless. Berikut adalah parameter penting dari standar :
Mendukung kecepatan data 2,4 Mbps pada downlink dan 153,6 Kbps pada uplink. Mendukung dua mode inter-operable: mode integrated IX ditujukan untuk suara dan data kecepatan biasa (medium), dan mode IX EV ditujukan untuk data non real-time yang berkapasitas tinggi/data kecepatan tinggi dan data akses internet. Menggunakan adaptive rate yang disesuiakan dengan kondisi kanal. Menggunakan modulasi dan coding adaptive. Menggunakan macro diversity melalui pemilihan radio. Terminal IX EV-DO selalu dalam kondisi hidup pada active state. Menggunakan banyak format modulasi (QPSK,8-PSK,16-QAM).
Konfigurasi Jaringan CDMA 2000 1X EV-DO
Jaringan CDMA EV-DO terdiri dari bagian, yaitu: Radio Nodes (RNs), Radio Network Controller (RNC) dan Packet Data Serving Node (PDSN). IX EV-DO

mempunyai physical layer yang sangat berbeda dari CDMA 2000 IX, sehingga dibutuhkan penambahan hardware untuk melengkapi kerja IX EV-DO pada jaringan sistem CDMA 2000 IX. Tetapi seperti yang kita lihat pada Gambar 2.1, penambahan elemen IX EV-DO, tidak mempengaruhi elemen jaringan yang telah ada. dalam arti tidak perlu melakukan perubahan yang signifikan, melainkan hanya penambahan semata Bagian-bagian yang bercetak tebal menunjukkan elemen hardware IX EV-DO yang ditambahkan CDMA 2000 IX. Access Terminal (AT) merupakan terminal pengguna dari IX EV-DO, dan didefenisikan sebagai perangkat yang menyediakan konektivitas data ke. Access Network ( AN). AN merupakan perangkat yang menyediakan konektivitas data antara packet-switch data network (PDSN) dengan AT. Jadi dalam konteks pada gambar 2.1, AN terdiri dari BTS dan BSC. Pada kasus ini, BTS dan BSC yang tercetak tebal menunjukkan BTS dan BSC IX EV-DO yang mendukung standar IS-856. Dilihat dari perspektif PDSN, PDSN menyediakan layanan dan konektivitas yang sama tanpa memperhatikan apakah BSC tersebut dapat mendukung CDMA 2000 IX atau IX EV-DO. Oleh karena itu, sebuah jaringan wireless dapat mendukung IX EV-DO dengan menggunakan IOS yang sama untuk interface antara BSC dengan PDSN.




Pada gambar daiatas menunjukkan BSC IS-2000 dan BSC IX EV-DO adalah elemen yang terpisah dan tidak ada koneksi diantaranya, karena masing-masing menggunakan protokol yang berbeda, yakni IS-2000 dan IS-856. Walaupun tidak ada kanal logika antara BSC IS-2000 dengan BSC IX EV-DO, tetapi dalam prakteknya keduanya bisa ditempatkan pada lokasi yang sama (colocated).

Automatically Switched Optical Networks

Teknologi Automatic Switching Optical Network (ASON) merupakan platform teknologi yang dirancang untuk menjawab tantangan di atas yang merepresentasikan kebutuhan kapasitas, reliabilitas dan kualitas pada jaringan berbasis optik. ASON bukanlah suatu protokol atau set protokol, tetapi merupakan suatu arsitekur yang mendefinisikan komponen-komponen pada optical control plane serta hubungan interaksi antara komponen-komponen tersebut. ASON menggambarkan suatu arsitektur pengendalian dan manajemen untuk mendukung fungsi kerja jaringan switch otomatis berbasis transport optik.
1. Definisi ASON
ASON adalah suatu framework sekaligus juga suatu teknologi kapabilitas. Sebagai suatu framework, ASON mendeskripsikan suatu arsitektur manajemen dan kontrol untuk suatu jaringan transport optik dengan switching otomatis. Sebagai suatu teknologi, ASON mengacu pada protokol-protokol routing dan signaling yang berlaku untuk suatu jaringan optik, yang memungkinkan untuk path setup secara dinamis dan otomatis pada suatu transport services, sesuai dengan permintaan user akan layanan, signalling protocol create, restorasi dan teardown. Dari dua definisi di atas dapat dikatakan ASON merupakan suatu jaringan transport berbasis optik yang memiliki kemampuan pembentukan koneksi secara dinamis (dynamic connection). Kemampuan tersebut disempurnakan dengan menggunakan suatu control plane untuk melakukan fungsi call & connection.Suatu koneksi diswitch melalui sistem manajemen menggunakan network generated signalling dan protokol routing untuk menetapkan koneksi itu. Pada ASON masingmasing network node dilengkapi dengan controlkoneksi dan memungkinkan restorasi bila koneksi tersebut mengalami kegagalan. ITU-T telah merekomendasikan G.8080 tentang komponen control plane yang digunakan pada transport network meliputi fungsi set up, signalling dan release koneksi.
Teknologi ASON saat ini dikembangkan dengan dua pendekatan, yaitu:
- Berbasis VC-4 (SDH based)
- Berbasis Lambda (DWDM based)

2. Standar Control Plane
Suatu batas internetworking antara electrical layer service networks dan high-speed optical switched core diperlukan untuk mencapai kapabilitas signaling dan routing untuk provisioning yang lebih cepat. Model internetworking dalam hal ini dideskripsikan terdiri dari devais electrical layer (seperti router IP, IP edge devices, SDH switches, dll) yang dipasang pada optical core network dan dikoneksikan melalui switched link connection yang dibentuk secara dinamis dan didukung oleh implementasi control plane.

Terdapat 3 lembaga internasional yang mengembangkan standar control plane untuk teknologi tansport optik masa depan. ITU (International Telecommunications Union) mengembangakan arsitektur ASON (Automatic Switched Optical Netowrk) pada control plane, IETF (Internet Engineering Task Force) mengembangkan GMPLS (Generalized Multi Protocol Label Switching) sebagai kelanjutan dari teknologi sebelumnya yaitu MPLS (Multi Protocol Label Switching), serta OIF (Optical Internetworking Forum).

3. Prospek Kelayakan ASON
Kekurangan utama pada jaringan optik saat ini yaitu:
- Provioning jaringan yang cenderung manual
- Waktu provisioning yang lama
- Tidak efisien dalam utilisasi resource jaringan
- Kesulitan dalam kesinambungan pengoperasian antara jaringan paket-switched pada klien dan circuit-switched pada jaringan optik
- Kompleksitas network management
- Ketidaksinambungan dengan berbagai vendor yang berbeda
- Kurang handalnya sistem proteksi pada jaringan mesh
Dengan hadirnya ASON, beberapa keunggulan yang ditawarkan yaitu:
- Proses provisioning yang cepat
- Kemudahan dalam pengoperasian jaringan
- High availability, dengan kemampuan multiple protection
- High flexibility dalam penggunaan rute
- High scalability, tiap node bisa upgrade secara mandiri (tidak mempengaruhi node lain)
- Efisien dalam penggunaan bandwidth
- Biaya pemeliharaan yang rendah
- Mendukung beberapa macam Service Level Agreement (SLA)
4. Arsitektur ASON
Aristektur ASON dibagi ke dalam tiga bagian (plane), yaitu; transport plane, control plane dan management plane.
a. Transport Plane
Transport Plane dikenal juga sebagai data plane, dimana merepresentasikan pemanfaatan resource jaringan untuk menyampaikan suatu informasi antar user. Transfer informasi tersebut dapat merupakan bidirectional atau unidirectional. Transport plane juga dapat melakukan fungsi transfer informasi untuk control dan management system. Transport plane direpresentasikan dengan suatu komponen jaringan yang meliputi baik transport entities dan transport processing function, mulai dari proses generation, transport dan terminating signal dengan format yang spesifik yang ditransfer melalui suatu koneksi jaringan. Komponen jaringan tersebut yaitu IP, ATM, SDH, atau OTN.
Direpresentasikan dengan elemen jaringan, dengan kemampuan:
- Menyediakan kemampuan cross connect dalam jaringan
- Mengakomodasi teknologi eksisting (SDH) atau teknologi Optical Transport Network (OTN)
b. Control Plane
Control plane meliputi proses signaling, ruting dan manajemen link. Signaling melakukan proses pembangunan, pemutusan dan memodifikasi koneksi. Selain itu signaling juga diperlukan untuk proses restorasi koneksi secara otomatis saat terjadi failure pada jaringan.Ruting merupakan proses pemilihan rute yang akan dilalui dalam suatu jaringan. Dengan ruting seluruh topologi jaringan akan terlihat jelas, sehingga pemilihan jalur ruting yang efektif akan lebih mudah untuk dilakukan. Sedangkan manajemen link bertugas untuk melakukan verifikasi konektivitas link dan korelasi properti yang dimiliki tiap link. Control plane mendukung layanan koneksi melalui suatu proses provisioning otomatis antara end-to-end transport connection antar domain. Kemampuan control plane pada ASON berjalan secara otomatis sesuai dengan tingkat kepintaran dari jaringan yang dibangun.
Direpresentasikan dengan Optical
Connection Controller (OCC), dan melakukan fungsi sebagai berikut:
i. Signalling
- Membangun, release dan melakukan modifikasi koneksi (Membangun koneksi Primer dan Sekunder).
- Melakukan restorasi koneksi secara otomatis pada saat terjadi failure
ii. Routing
- Melakukan pertukaran/perubahan topologi, konfigurasi resource dan informasi status
- Melakukan komputasi rute berdasarkan user requirement
iii. Management Link
- Melakukan verifikasi konektivitas link dan korelasi properti yang dimiliki link

Automatically Switched Optical Networks

Teknologi Automatic Switching Optical Network (ASON) merupakan platform teknologi yang dirancang untuk menjawab tantangan di atas yang merepresentasikan kebutuhan kapasitas, reliabilitas dan kualitas pada jaringan berbasis optik. ASON bukanlah suatu protokol atau set protokol, tetapi merupakan suatu arsitekur yang mendefinisikan komponen-komponen pada optical control plane serta hubungan interaksi antara komponen-komponen tersebut. ASON menggambarkan suatu arsitektur pengendalian dan manajemen untuk mendukung fungsi kerja jaringan switch otomatis berbasis transport optik.
1. Definisi ASON
ASON adalah suatu framework sekaligus juga suatu teknologi kapabilitas. Sebagai suatu framework, ASON mendeskripsikan suatu arsitektur manajemen dan kontrol untuk suatu jaringan transport optik dengan switching otomatis. Sebagai suatu teknologi, ASON mengacu pada protokol-protokol routing dan signaling yang berlaku untuk suatu jaringan optik, yang memungkinkan untuk path setup secara dinamis dan otomatis pada suatu transport services, sesuai dengan permintaan user akan layanan, signalling protocol create, restorasi dan teardown. Dari dua definisi di atas dapat dikatakan ASON merupakan suatu jaringan transport berbasis optik yang memiliki kemampuan pembentukan koneksi secara dinamis (dynamic connection). Kemampuan tersebut disempurnakan dengan menggunakan suatu control plane untuk melakukan fungsi call & connection.Suatu koneksi diswitch melalui sistem manajemen menggunakan network generated signalling dan protokol routing untuk menetapkan koneksi itu. Pada ASON masingmasing network node dilengkapi dengan controlkoneksi dan memungkinkan restorasi bila koneksi tersebut mengalami kegagalan. ITU-T telah merekomendasikan G.8080 tentang komponen control plane yang digunakan pada transport network meliputi fungsi set up, signalling dan release koneksi.
Teknologi ASON saat ini dikembangkan dengan dua pendekatan, yaitu:
- Berbasis VC-4 (SDH based)
- Berbasis Lambda (DWDM based)

2. Standar Control Plane
Suatu batas internetworking antara electrical layer service networks dan high-speed optical switched core diperlukan untuk mencapai kapabilitas signaling dan routing untuk provisioning yang lebih cepat. Model internetworking dalam hal ini dideskripsikan terdiri dari devais electrical layer (seperti router IP, IP edge devices, SDH switches, dll) yang dipasang pada optical core network dan dikoneksikan melalui switched link connection yang dibentuk secara dinamis dan didukung oleh implementasi control plane.

Terdapat 3 lembaga internasional yang mengembangkan standar control plane untuk teknologi tansport optik masa depan. ITU (International Telecommunications Union) mengembangakan arsitektur ASON (Automatic Switched Optical Netowrk) pada control plane, IETF (Internet Engineering Task Force) mengembangkan GMPLS (Generalized Multi Protocol Label Switching) sebagai kelanjutan dari teknologi sebelumnya yaitu MPLS (Multi Protocol Label Switching), serta OIF (Optical Internetworking Forum).

3. Prospek Kelayakan ASON
Kekurangan utama pada jaringan optik saat ini yaitu:
- Provioning jaringan yang cenderung manual
- Waktu provisioning yang lama
- Tidak efisien dalam utilisasi resource jaringan
- Kesulitan dalam kesinambungan pengoperasian antara jaringan paket-switched pada klien dan circuit-switched pada jaringan optik
- Kompleksitas network management
- Ketidaksinambungan dengan berbagai vendor yang berbeda
- Kurang handalnya sistem proteksi pada jaringan mesh
Dengan hadirnya ASON, beberapa keunggulan yang ditawarkan yaitu:
- Proses provisioning yang cepat
- Kemudahan dalam pengoperasian jaringan
- High availability, dengan kemampuan multiple protection
- High flexibility dalam penggunaan rute
- High scalability, tiap node bisa upgrade secara mandiri (tidak mempengaruhi node lain)
- Efisien dalam penggunaan bandwidth
- Biaya pemeliharaan yang rendah
- Mendukung beberapa macam Service Level Agreement (SLA)
4. Arsitektur ASON
Aristektur ASON dibagi ke dalam tiga bagian (plane), yaitu; transport plane, control plane dan management plane.
a. Transport Plane
Transport Plane dikenal juga sebagai data plane, dimana merepresentasikan pemanfaatan resource jaringan untuk menyampaikan suatu informasi antar user. Transfer informasi tersebut dapat merupakan bidirectional atau unidirectional. Transport plane juga dapat melakukan fungsi transfer informasi untuk control dan management system. Transport plane direpresentasikan dengan suatu komponen jaringan yang meliputi baik transport entities dan transport processing function, mulai dari proses generation, transport dan terminating signal dengan format yang spesifik yang ditransfer melalui suatu koneksi jaringan. Komponen jaringan tersebut yaitu IP, ATM, SDH, atau OTN.
Direpresentasikan dengan elemen jaringan, dengan kemampuan:
- Menyediakan kemampuan cross connect dalam jaringan
- Mengakomodasi teknologi eksisting (SDH) atau teknologi Optical Transport Network (OTN)
b. Control Plane
Control plane meliputi proses signaling, ruting dan manajemen link. Signaling melakukan proses pembangunan, pemutusan dan memodifikasi koneksi. Selain itu signaling juga diperlukan untuk proses restorasi koneksi secara otomatis saat terjadi failure pada jaringan.Ruting merupakan proses pemilihan rute yang akan dilalui dalam suatu jaringan. Dengan ruting seluruh topologi jaringan akan terlihat jelas, sehingga pemilihan jalur ruting yang efektif akan lebih mudah untuk dilakukan. Sedangkan manajemen link bertugas untuk melakukan verifikasi konektivitas link dan korelasi properti yang dimiliki tiap link. Control plane mendukung layanan koneksi melalui suatu proses provisioning otomatis antara end-to-end transport connection antar domain. Kemampuan control plane pada ASON berjalan secara otomatis sesuai dengan tingkat kepintaran dari jaringan yang dibangun.
Direpresentasikan dengan Optical
Connection Controller (OCC), dan melakukan fungsi sebagai berikut:
i. Signalling
- Membangun, release dan melakukan modifikasi koneksi (Membangun koneksi Primer dan Sekunder).
- Melakukan restorasi koneksi secara otomatis pada saat terjadi failure
ii. Routing
- Melakukan pertukaran/perubahan topologi, konfigurasi resource dan informasi status
- Melakukan komputasi rute berdasarkan user requirement
iii. Management Link
- Melakukan verifikasi konektivitas link dan korelasi properti yang dimiliki link

Televisi Satelit

Televisi satelit pada dasarnya ditujukan kepada penggunaan satelit untuk menyiarkan program TV dari broadcasting centre ke daerah geografis yang besar. Televisi satelit menggunakan satelit GEO sebagai point – to- multipoint repeater yang menerima beberapa siaran televisi dari broadcasting centre (uplink) dan mengirimkan kembali (downlink) ke operator TV kabel, home dish dan lain – lain, yang letaknya didalam footprint satelit itu sendiri. Satelit dapat menyediakan acara TV secara langsung dari satelit ke pengguna (DTH television) atau secara tidak langsung dengan bantuan jaringan kabel atau jaringan broadcast teresterial, dimana satelit memberikan sinyal ke sentral operator dan mengirimkan kembali kepada pengguna yang menggunakan jaringan kabel atau melalui jaringan broadcast teresterial. Untuk layanan DTH yang termasuk kategori receive – only, antena receiver ditempatkan di pengguna untuk menerima acara TV secara langsung dari satelit.
Direct-to-Home Satellite Television
Direct-to-Home (DTH) Satellite Television ditujukan untuk penerimaan ecara langsung program atau siaran TV satelit oleh pengguna langsung darisatelit ke pengguna (pesawat televisi) melalui antena penerima yang mereka miliki sendiri. Layanan DTH dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis yaitu Television receive-only (TVRO) dan layanan Direct Broadcast Satellite (DBS), tergantung pada band frekuensi yang disediakan dan ukuran dari antenna penerimanya. TVRO bekerja pada frekuensi C-Band dan DBS bekerja pada frekuensi Ku-Band. Gambar konfigurasi DTH dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Direct to home satellite television [6]
Direct Broadcast Satellite (DBS) Service
Direct Broadcasting Satellite (DBS) Service adalah suatu layanan yang menggunakan satelit untuk memancarkan bermacam-macam kanal dari program televisi satelit agar langsung diterima pesawat televisi (melalui antenna). Seluruh acara televisi satelit dikompres secara digital pada broadcasting centre untuk ditransmisikan ke satelit DBS yang selanjutnya satelit ini akan memancarkan kembali siaran yang diterimanya ke bumi sehingga bisa ditangkap langsung oleh home dish yang berada dalam coverage – nya.

Teknologi Wimax

WiMAX atau Worldwide Interoperability for Microwave Access merupakan salah satu perkembangan teknologi terbaru di bidang Broadband Wireless Access (BWA) setelah sebelumnya telah hadir WiFi dan system selular seperti GPRS, EDGE, 3G dan 3,5G. Teknologi WiMAX ini memiliki kemampuan untuk diselenggarakan sendiri, selain itu juga memiliki kemampuan untuk melengkapi dan memaksimalkan teknologi BWA yang sudah ada seperti WiFi ataupun selular.
WiMAX Standards (IEEE 802.16)
Ada 3 varian utama, bisa dilihat pada tabel berikut:


Arsitektur WiMAX
1. Arsitektur mobile WiMAX network
Ada 3 komponen utama dalam arsitektur mobile WiMAX menurut WiMAX forum, yaitu user terminal, ASN dan CSN sebagai berikut:

2. Arsitektur penyelenggaraan WiMAX
Ada 3 skenario utama, yaitu poin to point, point to multipoint, dan mesh, sbb:


3. Arsitektur Protokol mobile WiMAX
Mobile WiMAX Network Architecture yang ditetapkan oleh WiMAX Forum diatas yang terdiri dari User Terminal,ASN,dan CSN terdiri dari layer-layer protokol seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:

Beberapa protokol yang terlibat sebagai berikut:
1. IPv6 dan IPv6CS
Merupakan protokol yang dikembangkan dari IPv4, memiliki panjang alamat sebesar 128bit untuk menyampaikan paket ke alamat yang tepat. Sedangkan IPv6CS merupakan IPv6 yang digunakan untuk membentuk hubungan antara satu komponen jaringan dengan yang lain secara connection oriented.
2. MAC
Berfungsi untuk mengatur akses untuk radio channel melalui pembentukan suatu frame-frame.
3. PHY
Berfungsi untuk menghubungkan media fisik antara satu komponen jaringan dengan yang lain, transmisi bit-bit, serta pemrosesan sinyal
4. GRE (Generic Routing Encapsulation)
Merupakan protokol yang digunakan untuk tunneling, digunakan untuk membawa paket IPv6 antara BS dan AR/ASN-GW.

Smart Antena

Smart antenna merupakan kombinasi dari beberapa susunan elemen antenna dengan kemampuan pengolahan sinyal untuk mengoptimalkan daya pancar sesuai dengan respon linkungan sinyal tersebut. Sistem ini telah digunakan untuk keperluan militer,seperti: sistem radar untuk melacak sasaran. Dan juga diteliti untuk keperluan telekomuniksi bergerak dalam hal penentuan posisi MS. Adapun hal utama yang membuat suatu sistem antenna menjadi smart, yaitu kemampuan untuk mengestimasi sudut kedatangan sinyal, Angel of Arrival (AOA). Untuk analisis dan simulasi pada tugas akhir ini akan menggunakan algoritma MUSIC untuk penentuan AOA dan teknik eigen untuk beamforming-nya.

Susunan Antena

Susunan antena berfungsi sebagai penangkap sinyal datang, dimana tiap elemen menangkap sinyal yang sama, tetapi dengan perbeadaan fasa yang disebabkan adanya jarak antar elemen antenna. Perbedaan fasa inilah yang menandakan AOA sinyal datang. Sinyal yang ditangkap pada tiap antenna ini nantinya akan diolah untuk mencari AOA.

Teknik-teknik estimasi DOA

Teknik-teknik yang digunakan untuk estimasi AOA antara lain: teknik konvensional, teknik berbasis Subspace, teknik maximum likelihood, dan teknik terintegrasi. Teknik konvensional berdasar pada beamforming klasik di mana teknik ini memerlukan jumlah elemen antenna yang cukup banyak untuk mendapatkan resolusi yang tinggi. Teknik berbasis subspace adalah suatu teknik beresolusi tinggi yang memanfaatkan struktur eigen pada input data matrix. Teknik maximum likelihood adalah sutu teknik yang optimal, dimana teknik ini memberikan kinerja yang baik meskipun berada pada kondisi SNR yand rendah. Teknik terintegrasi adalah suatu teknik yang memisahkan multiple signal dan mengestimasi AOA dengan memanfaatkan teknik subspace. Algoritma MUSIC sebagai salah satu teknik estimasi AOA yang berbasis subspace. Algoritma MUSIC pertama kali diperkenalkan oleh Schmidt pada tahun 1979, yang merupakan teknik klasifikasi beberapa sinyal resolusi tinggi yang didasarkan pada pemanfaatan struktur eigen dari matriks input kovarians.

Kamis, 07 Januari 2010

ANALISIS PERHITUNGAN INDOOR LINK BUDGET MULTI NETWORK DI ITC ROXY MAS

Perkembangan teknologi telekomunikasi seluler dari generasi pertama, kedua dan ketiga, memacu operator telekomunikasi di Indonesia khususnya PT. Indosat, Tbk membangun jaringan baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Perkembangan teknologi telekomunikasi terbaru dapat memberikan kemampuan akses data yang cepat selain suara dan Short Message Service (SMS). Memanfaatkan jaringan infrastruktur seluler Global System for Mobile Telecommunication (GSM) yang ada khususnya jaringan di dalam gedung (indoor), untuk diintegrasikan dengan satu sistem jaringan baru (3G) yang disebut multi network. Jadi inti dari sistem multi network ini adalah memanfaatkan sistem jaringan seluler yang sudah ada dan digabungkan dengan sistem baru.
Pada tugas akhir akan dibahas kondisi infrastruktur jaringan yang sudah ada apakah dapat diintegrasikan dengan sistem baru (3G), dengan melakukan perhitungan Link Budget untuk sistem yang ada (GSM dan CDMA) maupun 3G, kemudian dianalisis dengan membandingkan hasil perhitungan tersebut dengan data yang di dapat dari PT. Indosat, Tbk maupun data yang didapat dari hasil pengukuran yang dilakukan sendiri.
Pada perhitungan kuat sinyal dibawah antena yang dilakukan dan dibandingkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan didapat distribusi jaringan antenna pada lantai dasar dan basement tidak berfungsi dengan baik dengan perbedaan nilai RxLev dibawah antena antara perhitungan dan pengukuran lebih dari -40 dBm. Dengan nilai EIRP tertinggi yang didapat adalah 21,04 dBm pada antena A-L5-2 dan terendah sebesar 15,37 dBm pada antena A-L3-1. Sedangkan pada sistem GSM 1800 dan CDMA hanya beberapa titik antena saja yang menunjukkan hasil yang baik, antara lain antena A-L5-1, A-L4-3, A-L4-2, A-L4-1, A-L3-1, A-L1-1 dan A-LB-1. Dengan nilai EIRP tertinggi pada GSM 1800 adalah 21,41 dBm, terendah 13,18 dBm. Pada CDMA didapat nilai EIRP tertinggi 21,32 dBm, terendah 12,99 dBm. Dari antenna yang ada sudah mencupi untuk kebutuhan coverage sistem 3G, sehingga sistem tersebut dapat diintegrasikan dengan mengoptimalkan equipment yang sudah ada.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler dan bertambahnya gedung-gedung bertingkat di Jakarta seperti gedung-gedung perkantoran, hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, dan rumah sakit, maka operator seluler di Indonesia khususnya PT. Indosat, tbk membangun dan menambah jumlah Base Transceiver Station (BTS) baik BTS makro dan mikro di wilayah sekitar yang trafiknya padat bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja cakupan jaringan. Tanpa peningkatan kinerja, jaringan akan mengalami penurunan dari segi kualitas panggilan
Menyediakan cakupan yang baik untuk di dalam gedung (indoor) pada lantai-lantai yang tinggi di sebuah gedung seringkali menjadi masalah yang sulit. Ada beberapa masalah yang menyebabkan kesulitan tersebut, yaitu penetrasi ke dalam bangunan. Biasanya di dalam gedung kuat sinyal yang diterima oleh pengguna telepon seluler tidak dapat diterima dengan baik, karena sinyal dari BTS diluar gedung mengalami redaman yang cukup besar dari dinding-dinding bangunan. Besarnya redaman tergantung kontruksi bangunan sehingga yang menjadi persoalan adalah bagaimana mendapatkan kualitas cakupan yang baik
Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi belakangan ini, seperti Code Division Multiple Access (CDMA), Third Generation (3G), dan

wireless Fidelity (Wifi) memaksa operator telekomunikasi di Indonesia untuk membangun jaringan baru tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang juga mengikuti perkembangan teknologi telekomunikasi yang menginginkan akses data yang cepat selain suara dan Short Message Services (SMS). Tetapi jika membangun baru jaringan tersebut maka biaya yang akan dikeluarkan sangat besar.
Maka solusi yang tepat untuk memenuhinya ialah dengan memanfaatkan jaringan infrastruktur seluler Global System for Mobile Communication (GSM) yang sudah ada, operator hanya perlu membagun BTS CDMA, dan BTS 3G saja untuk kemudian di integrasikan menjadi satu sistem jaringan tanpa harus membangun jaringan secara keseluruhan di dalam gedung seperti kabel-kabel feeder dan antena. Jadi inti dari sistem multi network ini adalah memanfaatkan sistem jaringan seluler yang sudah ada untuk kemudian digabungkan dengan sistem baru

Layanan telekomunikasi bergerak generasi ketiga dengan IMT-2000

Layanan komunikasi bergerak pada saat ini semakin lama dirasakan semakin bertambah Untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna dimasa yang akan datang yang semakin berkembang, diperlukan sebuah standar global dalam bidang komunikasi bergerak. Saat ini spesifikasi dan standar bagi generasi ketiga dari teknologi wireless dikenal sebagai International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
IMT-2000 yang akan memiliki bit rate 2 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2 GHz nantinya diharapkan akan menjadi sistem yang dapat memenuhi layanan komunikasi bergerak pada tahun-tahun mendatang. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai keunggulan dan kekurangan sistem IMT-2000 dari sistem generasi kedua.

ABSTRACT
Nowadays the demands for wireless communication services is increasing rapidly. In order to fulfill the user’s needs in the future, a global standard protocol in wireless communication is required. Today the standard and specifications for the third generation of wireless communication is known as The International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
The IMT-2000 which will have a 2 Mbps bit rate and operates on a 2 GHz frequency will be expected to become a system that is able to fulfill the wireless communication services for the upcoming years. This final thesis will discuss the advantages and disadvantages of the IMT-2000 system from the second generation.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
Sekarang ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap orang. Kebutuhan akan pelayanan telekomunikasi akan semakin meningkat dikarenakan tuntutan kebutuhan pengguna dimasa depan yang semakin meningkat pula, namun yang pasti kebutuhan fasilitas suara masih merupakan kebutuhan yang utama bagi para pengguna jasa telekomunikasi.
Sistem komunikasi bergerak diyakini akan memegang peranan yang semakin penting dalam memenuhi kebutuhan telekomunikasi. Karena dengan sambungan telepon tanpa kabel (wireless) akan semakin mempermudah seseorang untuk berkomunikasi kapan saja dan dimana saja.
Untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna dimasa yang akan datang yang semakin berkembang, diperlukan sebuah standar global dalam bidang komunikasi bergerak. Saat ini spesifikasi dan standar bagi generasi ketiga dari teknologi wireless dikenal sebagai International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
Sebagai sistem komunikasi bergerak generasi ketiga (3G), kata “IMT-2000” memiliki tiga makna kata yang mengandung arti, yaitu: pertama, standar telekomunikasi bergerak ini akan diresmikan pada sekitar tahun 2000, yang kedua standar ini akan memiliki kecepatan 2000 Kbps atau 2Mbps, dan yang ketiga akan beroperasi pada frekuensi 2000 MHz. Kecepatan sebesar itu mutlak dibutuhkan di masa mendatang yang merupakan era multimedia.
IMT-2000 merupakan sistem komunikasi bergerak (mobile communication System) generasi ketiga (3G) yang dirancang untuk menyediakan layanan global, kapabilitas layanan yang beragam dan perbaikan performance secara signifikan. Teknologi ini akan mengintegrasikan pager, telepon selular, dan sistem komunikasi bergerak dengan satelit (mobile satellite system), selain itu diharapkan dengan IMT-2000 nanti pengguna akan dapat di akses secara global dengan nomor yang sama dimanapun di berada. Oleh karena itu, IMT-2000 dapat dikatakan sebagai dasar bagi akses komunikasi global yang terintegrasi

Layanan telekomunikasi bergerak generasi ketiga dengan IMT-2000

Layanan komunikasi bergerak pada saat ini semakin lama dirasakan semakin bertambah Untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna dimasa yang akan datang yang semakin berkembang, diperlukan sebuah standar global dalam bidang komunikasi bergerak. Saat ini spesifikasi dan standar bagi generasi ketiga dari teknologi wireless dikenal sebagai International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
IMT-2000 yang akan memiliki bit rate 2 Mbps dan bekerja pada frekuensi 2 GHz nantinya diharapkan akan menjadi sistem yang dapat memenuhi layanan komunikasi bergerak pada tahun-tahun mendatang. Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai keunggulan dan kekurangan sistem IMT-2000 dari sistem generasi kedua.

ABSTRACT
Nowadays the demands for wireless communication services is increasing rapidly. In order to fulfill the user’s needs in the future, a global standard protocol in wireless communication is required. Today the standard and specifications for the third generation of wireless communication is known as The International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
The IMT-2000 which will have a 2 Mbps bit rate and operates on a 2 GHz frequency will be expected to become a system that is able to fulfill the wireless communication services for the upcoming years. This final thesis will discuss the advantages and disadvantages of the IMT-2000 system from the second generation.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Pemilihan Judul
Sekarang ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap orang. Kebutuhan akan pelayanan telekomunikasi akan semakin meningkat dikarenakan tuntutan kebutuhan pengguna dimasa depan yang semakin meningkat pula, namun yang pasti kebutuhan fasilitas suara masih merupakan kebutuhan yang utama bagi para pengguna jasa telekomunikasi.
Sistem komunikasi bergerak diyakini akan memegang peranan yang semakin penting dalam memenuhi kebutuhan telekomunikasi. Karena dengan sambungan telepon tanpa kabel (wireless) akan semakin mempermudah seseorang untuk berkomunikasi kapan saja dan dimana saja.
Untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna dimasa yang akan datang yang semakin berkembang, diperlukan sebuah standar global dalam bidang komunikasi bergerak. Saat ini spesifikasi dan standar bagi generasi ketiga dari teknologi wireless dikenal sebagai International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000).
Sebagai sistem komunikasi bergerak generasi ketiga (3G), kata “IMT-2000” memiliki tiga makna kata yang mengandung arti, yaitu: pertama, standar telekomunikasi bergerak ini akan diresmikan pada sekitar tahun 2000, yang kedua standar ini akan memiliki kecepatan 2000 Kbps atau 2Mbps, dan yang ketiga akan beroperasi pada frekuensi 2000 MHz. Kecepatan sebesar itu mutlak dibutuhkan di masa mendatang yang merupakan era multimedia.
IMT-2000 merupakan sistem komunikasi bergerak (mobile communication System) generasi ketiga (3G) yang dirancang untuk menyediakan layanan global, kapabilitas layanan yang beragam dan perbaikan performance secara signifikan. Teknologi ini akan mengintegrasikan pager, telepon selular, dan sistem komunikasi bergerak dengan satelit (mobile satellite system), selain itu diharapkan dengan IMT-2000 nanti pengguna akan dapat di akses secara global dengan nomor yang sama dimanapun di berada. Oleh karena itu, IMT-2000 dapat dikatakan sebagai dasar bagi akses komunikasi global yang terintegrasi

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PENENTU NILAI KOMPENSATOR KAPASITIF PADA DAYA 1300VA

Semakin banyaknya peralatan listrik yang beredar dipasaran untuk peralatan bantu manusia mengakibatkan permintaan daya listrik semakin meningkat. Selain itu peralatan-peralatan listrik tersebut biasanya menggunakan motor atau transformator pada sistem kerjanya. Hal itu mengakibatkan adanya faktor daya yang dapat meningkatkan arus pada sistem jala-jala meningkat.
Perbaikan faktor daya untuk meningkatkan efisiensi arus listrik sangat diperlukan. Namun langkah yang harus dikerjakan sangat sulit dan memerlukan analisa perhitungan yang rumit. Tidak semua orang, terutama operator lapangan yang sanggup menyelesaikan perhitungan-perhitungan ini. Karena itu diperlukan cara praktis untuk menyelesaikannya.
Mikrokontroler mempunyai fungsi-fungsi aritmatik yang dapat digunakan untuk menghitung fungsi-fungsi matematika. Maka jika persamaan-persamaan untuk mencari nilai kompensator (terutama kapasitor) tersebut diprogramkan ke dalam chip mikrokontroler, maka beberapa kesulitan dapat diatasi dengan mudah. Selain digunakan untuk menghitung mikrokontroler ini juga dapat diprogram untuk menampilkan hasil pengukuran besaran-besaran listrik lainnya. Hasil perhitungan dengan alat ini cukup baik dengan persentase kesalahan mencapai 2% hingga 5%.
Kata kunci: Power Faktor, kapasitor, kompensator, mikrokontroler

Lapisan Fisis High Speed Downlink Packet Acces (HSDPA Physical Layer)

HSDPA is a development of WCDMA that only used for data communications at downlink by introducing adaptive modulation and coding (AMC), link adaptation, multi-code operation, hybrid ARQ, and node B scheduling. In fact, these schemes replace spreading factor (VSF) and power control in WCDMA
This paper explains the HSDPA physical layer at UMTS network by adding the MAC-hs in the node B. There are three new channels in HSDPA, namely HS-DSCH, HS-SCCH, and HS-DPCCH.
This paper equiped with visualisation program which aims to make easy the reader in studying the concept of HSDPA physical layer. This visualisation depicts the link adaptation process, HARQ, and HS-DSCH channel coding.

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN PERBANDINGAN SUPLAI DAYA V/f KONSTAN PADA BLOWER

Motor induksi satu fasa dengan perbandingan suplai daya V/f konstan dapat dilakukan dengan pengaturan frekuensi jala-jala yang masuk ke kumparan stator melalui suatu rangkaian converter-inverter. Dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan dapat dihasilkan torsi yang besar dengan putaran yang kecil. Putaran yang kecil hanya membutuhkan daya masukan yang kecil. Sehingga untuk menghasilkan torsi yang besar untuk menggerakkan beban cukup dengan memberikan daya masukan yang kecil dan penghematan energi listrik dapat dilakukan.
Tugas akhir ini akan menganalisis secara teoritis performansi motor induksi satu fasa untuk aplikasi blower dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan. Motor induksi satu fasa yang digunakan adalah jenis motor kapasitor permanen untuk menjalankan daya horse power fraksional dari blower. Melalui simulasi komputer yang dilaksanakan dapat dihitung performansi motor induksi satu fasa seperti efisiensi dan torsi motor terhadap putaran dengan perbandingan V/f yang konstan. Oleh karena itu penulis menggunakan program Matlab untuk dapat melakukan perhitungan dan penggambaran secara akurat karakteristik dari motor induksi satu fasa tersebut. Sehingga diharapkan hasilnya dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengaturan kecepatan motor induksi satu fasa pada aplikasi blower.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG PENULISAN
Motor induksi satu fasa adalah motor induksi yang beroperasi pada sumber arus bolak balik satu fasa. Motor induksi satu fasa umumnya mempunyai rotor sangkar. Motor induksi satu fasa ini tidak mampu melakukan pengasutan sendiri (self starting), oleh karena itu motor ini membutuhkan peralatan bantu untuk menghasilkan momen putar awal, sehingga motor dapat berjalan secara kontinu.
Motor induksi satu fasa yang digunakan untuk aplikasi blower adalah jenis motor kapasitor permanen. Motor kapasitor permanen mempunyai kapasitor yang secara permanen dihubungkan seri dengan belitan bantu dan paralel dengan belitan utama. Belitan bantu untuk pengasutan awal motor tetap terhubung dengan belitan utama ketika motor berjalan.
Motor kapasitor permanen dengan perbandingan suplai daya V/f konstan dapat dilakukan dengan pengaturan frekuensi jala-jala yang masuk ke kumparan stator melalui suatu rangkaian inverter. Dengan pengaturan frekuensi jala-jala ini dapat menghasilkan torsi yang besar dengan putaran yang kecil. Putaran yang kecil hanya membutuhkan daya masukan yang kecil. Sehingga untuk menghasilkan torsi yang besar untuk menggerakkan beban cukup dengan memberikan daya masukan yang kecil dan penghematan energi listrik dapat dilakukan.
Pada penulisan tugas akhir ini akan dianalisis performansi dari motor kapasitor permanen dengan merubah-ubah tegangan dan frekuensi masukan dengan perbandingan yang konstan, sehingga diperoleh karakteristik performansi motor kapasitor permanen dengan perbandingan suplai daya V/f konstan.

I.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis performansi arus, daya, efisiensi, torsi dan kecepatan motor induksi satu fasa yang dipakai untuk aplikasi blower dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan dengan menggunakan program Matlab.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh karakteristik motor kapasitor permanen pada blower, yaitu karakteristik torsi, daya, arus, faktor daya dan efisiensi motor terhadap kecepatan dengan perbandingan suplai daya V/f konstan. Selain itu diharapkan hasilnya dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengaturan kecepatan motor induksi satu fasa.

I.3 BATASAN MASALAH
Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis akan membatasi pembahasan tugas akhir ini. Adapun yang menjadi batasan masalah adalah sebagai berikut :
1.Motor induksi satu fasa yang digunakan pada blower adalah motor kapasitor permanen.
2.Pembahasan dititik beratkan pada motor kapasitor permanen dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan.
3.Tidak membahas secara rinci peralatan elektronika daya.
4.Sofware Matlab yang dipakai dalam tulisan ini hanya digunakan umtuk membantu perhitungan performansi motor kapasitor permanen.
5.Hanya membahas performansi motor kapasitor permanen pada blower di bawah frekuensi ratingnya.

I.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah :
a.Studi Literatur
Berupa penelaahan terhadap buku-buku dan jurnal-jurnal referensi yang berhubungan dengan penulisan.
b. Diskusi
Berupa konsultasi dan bimbingan dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa.
c. Analisis melalui komputer
Melakukan perhitungan performansi motor induksi satu fasa pada blower dengan menggunakan program Matlab.

I.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Materi pembahasan dalam tugas akhir ini diurutkan dalam lima bab yang diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan dari tugas akhir.

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA
Bab ini membahas motor induksi satu fasa, konstruksi umum, prinsip kerja, jenis-jenis motor induksi satu fasa, pengujian motor, aplikasi motor induksi satu fasa pada blower, rangkaian ekivalen motor kapasitor permanen, dan perhitungan performansi motor kapasitor permanen.

BAB III MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN PERBANDINGAN SUPLAI DAYA V/f KONSTAN
Bab ini akan dibahas kondisi motor induksi satu fasa pada blower dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan.

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN PERBANDINGAN SUPLAI DAYA V/f KONSTAN PADA BLOWER
Pada bab ini akan menganalisis performansi dan penggambaran karakteristik motor kapasitor permanen pada pada blower dengan perbandingan suplai daya V/f konstan dengan menggunakan program Matlab.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian penutup yang berupa kesimpulan dari hasil analisa dan saran yang mungkin bermanfaat dalam pembahasan performansi motor induksi satu fasa pada blower dengan perbandingan suplai daya V/f yang konstan

PERANCANGAN WEBSITE PRIBADI SECARA KOLEKTIF DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Teknologi informasi yang berkembang saat ini memberikan banyak kemudahan di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah dalam mempublikasikan abstrak jurnal penelitian para dosen, yang merupakan pakar di bidangnya, di universitas. Selain itu salah satu penilaian universitas berbobot adalah jurnal internasional dosen-dosennya. Namun selama ini Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (UNDIP) belum mempunyai website untuk menampilkan karya ilmiah civitas akademikanya. Karya ilmiah berupa abstrak jurnal penelitian dan tawaran judul Tugas Akhir. Oleh karena itu diperlukan Website Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP sebagai salah satu media untuk mempublikasikan hasil karya Civitas Akademika Fakultas Teknik.
Langkah yang dilakukan dalam menyusun tugas akhir ini adalah sebagai berikut. Langkah pertama adalah melakukan analisis terhadap kebutuhan dosen sebagai Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP sebagai anggota pada website yang akan dibuat. Langkah kedua adalah melakukan perancangan untuk mewujudkan kebutuhan tersebut. Langkah ketiga adalah membuat atau menyusun website yang telah dirancang. Langkah terakhir adalah melakukan pengujian terhadap fungsi pada website tersebut. Metode yang digunakan dalam merancang aplikasi ini adalah metode UML (Unified Modeling Language).
Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan, CMS (Content Management Sytem) Drupal dapat memenuhi kebutuhan website dan fungsi-fungsinya dapat berjalan dengan baik. Perancangan Website Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP ini membuat Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP ataupun dari luar Universitas Diponegoro untuk dapat mengakses karya tulis ilmiah dan biodata Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP. Dengan demikian website telah dapat memenuhi kebutuhan Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP dalam hal mempublikasikan karya tulis ilmiahnya.

Kata-kunci: Jurnal, Drupal, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, UML

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Teknologi informasi yang berkembang saat ini memberikan banyak kemudahan di segala bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah dalam mempublikasikan abstrak jurnal penelitian para dosen, yang merupakan pakar di bidangnya, di universitas. Selain itu salah satu penilaian universitas berbobot adalah jurnal internasional dosen-dosennya. Namun selama ini Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (UNDIP) belum mempunyai website untuk menampilkan karya ilmiah civitas akademikanya. Karya ilmiah berupa abstrak jurnal penelitian dan tawaran judul Tugas Akhir. Oleh karena itu diperlukan Website Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP sebagai salah satu media untuk mempublikasikan hasil karya Civitas Akademika Fakultas Teknik.
CMS (Content Management System) adalah sebuah perangkat lunak yang memfasilitasi pembuatan, pengorganisasian, pemanipulasian, dan penghilangan informasi baik dalam bentuk gambar, dokumen, dan skrip yang digunakan untuk pembuatan isi sebuah website. Drupal merupakan CMS yang sifatnya open-source dengan source code yang digunakan tersedia dan dapat digunakan serta dimodifikasi oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan sistem yang akan dibuat.

1.2 Tujuan Tugas Akhir
Tugas akhir ini bertujuan untuk merancang Website Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP yang berguna sebagai media bagi dosen Fakultas Teknik UNDIP untuk mempublikasikan hasil karya tulis ilmiahnya.

1.3.1 Pembatasan Masalah
Pada tugas akhir ini pembahasan masalah hanya akan dibatasi pada hal-hal berikut.
1. Sistem Informasi yang dibuat merupakan Website Civitas Akademika Fakultas Teknik UNDIP.
2. CMS yang digunakan adalah Drupal.
3. Bahasa pemrograman skrip yang digunakan adalah PHP.
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk basis data adalah MySql.
5. Web server yang digunakan adalah Apache.
6. Tidak membahas spesifikasi perangkat keras yang digunakan.
7. Tidak membahas keamanan sistem.

1.4 Metodologi Penelitian
Untuk mewujudkan tujuan Tugas Akhir ini maka dilakukan metode-metode sebagai berikut.
1. Studi Pustaka dan Bimbingan.
Metode ini merupakan suatu cara untuk memahami teori-teori yang mendasari topik permasalahan dengan mengambil penyelesaian dari buku-buku referensi. Bimbingan bertujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan masukan dari dosen pembimbing serta mengkoreksi kesalahan-kesalahan dalam pembuatan laporan.
2. Perancangan.
Pada tahap perancangan ini akan dibuat program aplikasi berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil studi pustaka dan bimbingan.
3. Pengujian.
Pada tahap ini aplikasi akan diuji apakah sistem telah berjalan dengan baik. Pengujian dilakukan dengan metode Black Box dan White Box.

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan pembuatan Tugas Akhir.

BAB II TEORI CONTENT MANAGEMENT SYSTEM DRUPAL
Bab II ini berisi tentang penjelasan dari CMS Drupal, UML, bahasa pemrograman skrip PHP, dan MySQL.

BAB III PERANCANGAN SISTEM
Bab III ini akan membahas tentang proses perancangan sistem informasi menggunakan pendekatan berorientasi objek, terdiri dari diagram use-case, diagram kelas, diagram urutan, dan diagram keadaan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN PENGUJIAN
Bab IV ini akan membahas pembahasan dan pengujian fungsi dan fasilitas pada sistem informasi yang telah dirancang.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang dianggap penting dari Tugas Akhir ini dan saran untuk pengembangan yang lebih lanjut

PEMODELAN PERANCANGAN JARINGAN WIMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) UNTUK DAERAH URBAN DAN SUB URBAN

Indonesian Internet needs are growing rapidly. Internet applications are more varying. The Internet network growth not proportionally than user and traffic growth. Major problem for the internet network is technology to cover all region and all place.
Wireless technology growing rapidly, Wimax (Wireless Technology For Microwave Access) is one of the newest wireless technology. Wimax standardization is IEEE 802.16 that has several innovations than the technology before. Wimax have innovation at adaptive modulation, more speed and longer radius it’s also support LOS and NonLOS. There isn’t any country used wimax for their wireless data network.
The major problems to planning MAN (Metropolitan Area Network Planning) are bandwidth estimation, bandwidth needs, cell radius, re uses frequency, total cell.
This Final project is research how to planning MAN (Metropolitan Area Network) by seeing user needs and coverage area. By deploying MAN networks all the access of public can be carried out. Internet access become cheaper and bandwidth needs can be carried out.
This research also defined region by urban, sub urban and rural. Each region have own characteristic and have different parameter. By defined the region the bit rate needs for each region can be calculated.
Method that used is cell structuring to coverage all region by assumptions depend on region activity and cell capacity using sectored and cell splitting. The approaching is using coverage area and bit rate needs.
The result is cell model, cell bit rate, cell radius, cell interference, duplexing technique and wide cell. The result can be one of parameter to install Wimax network in Indonesia.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kebutuhan Internet Indonesia
Kebutuhan penggunaan komunikasi data yang bersifat broadband, wireless serta mobile semakin meningkat.[29]

Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Jumlah Pelanggan dan Pemakai Internet di Indonesia [4]
Tabel diatas menunjukkan jumlah pemakai Internet di Indonesia meningkat pesat. Jumlah peninggkatan pengguna ini tidak dikuti dengan ketersediaan bandwidth dan ketersediaan jaringan yang bisa diakses oleh setiap orang di seluruh Indonesia.
1.1.2 Perkembangan Kebutuhan Bandwidth
Kebutuhan akan tersedianya bandwidth semakin lama semakin meningkat hal ini disebabkan aplikasi yang semakin banyak demikian juga content aplikasi yang ada.

Gambar 1.2
Kebutuhan Bandwidht untuk aplikasi tertentu [32]
1.1.3 Teknologi Jaringan
WIMAX ( Worldwide Interoperability for Microwave Access ) merupakan salah satu bentuk teknologi nirkabel keuntungan yang dimiliki teknologi wireless tersebut dibandingkan teknologi wireless saat ini yang masih banyak mempunyai hambatan, diantaranya, mahal, efisiensi rendah keandalan teknologi lemah, line-of-sight .
Dalam Tugas Akhir ini akan dibahas tentang Pemodelan Perancangan Wimax untuk daerah urband dan sub urban, dimana dalam perencanaan akan diperhitungkan kebutuhan bandwidht, kapasitas user yang dapat melakukan koneksi secara simultan, power link budget, coverage sel.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dijumpai dalam judul penulisan Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Kebutuhan Bandwidht
Analisa mengenai kebutuhan traffik diperlukan untuk merumuskan estimasi awal kebutuhan bandwidth yang digunakan asumís kebutuhan bandwidth menggunakan asumís dari wimax forum.
1.2.2 Penentuan tipe Daerah
Penentuan tipe daerah digunakan untuk membedakan tipe sel yang akan digunakan. Penentuan tipe daerah ini berdasarkan asumsi dari wimax forum.
1.2.3 Perhitungan Bit Rate
Wimax merupakan teknologi baru, kemampuan wimax untuk membawa data dalam jumlah besar belum dibuktikan secara teori maupun secara praktis melalui pengukuran di lapangan. Dalam tugas akhir ini akan dihitung besarnya bit rate yang dapat dibawa oleh teknologi wimax berikut dengan hasil tes di lapangan.
1.2.4 Perancangan Sel
Perancangan luas sel yang ada serta jumlah yang dibutuhkan sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan bandwidth.[6]
1.2.5 Penentuan Sektorisasi
Penentuan sektorisasi yang paling tepat agar bandwidth yang dibutuhkan dapat tercukupi dan pathloss paling sesuai, serta penentuan frekuensi re use agar interferensi dapat dihindari.[3,5]
1.2.6 Perhitungan Link Budget
Perhitungan power link budget menggunakan beberapa model yaitu LOS (Line Of Sight) dan SUI (Stanford University Interim).[3,18]
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk merencanakan suatu pemodelan perancangan FWA (Fixed Wireless Access) yang dapat digunakan di semua kota di Indonesia sehingga jaringan FWA dapat dibangun di kota kota di Indonesia.
Untuk lebih spesifik lagi tujuan tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut
1.3.1 Membuat parameter primer dalam perancangan jaringan wimax
• Kebutuhan Bandwidth
• Pendefinisian Wilayah
• Link Budget
1.3.2 Solusi Jaringan Internet Murah
Salah satu tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk membuat jeringan Internet dengan biaya yang lebih murah daripada jeringan yang telah ada saat ini.
1.3.3 Penelitian di Bidang Wíreles
Tujuan dari Tugas Akhir ini hádala mengembangkan penelitian di bidang wireles.
1.3.4 Bahan pertimbangan bagi operator dan Pemerintah
Hasil dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat digunakan oleh operator maupun pemerintah dalam menentukan jaringan yang paling efisien.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini terdapat beberapa batasan masalah agar pembahasan menjadi jelas, diantaranya :
? Standart yang digunakan adalah IEEE 802.16.
? Asumsi traffik menggunakan wimax forum tanpa mempertimbangkan keakurasian data untuk wilayah Indonesia.
? Perhitungan pada frekuensi 3.5 Ghz bandwidth kanal 3.5 Mhz.
? Analisa frekuensi di 3.5Ghz.
? Perhitungan kebutuhan bandwidth.
? Melakukan perhitungan dari bit rate system.
? Jumlah Dan Coverage Sel.
? Perhitungan untuk setiap Frekuensi carrier.
? Power Link Budget.
? Melakukan perancangan sistem dari kasus terburuk sampai kasus terbaik.
? Tidak membahas mengenai management bandwidth operator.
? Tidak membahas secara spesifik protocol yang ada dalam standart IEEE 802.16a.
? Hanya menampilkan grafik perhitungan pada bandwidth kanal 3.5, 5 dan 7 Mhz.
? Perancangan menggunakan pendekatan luas wilayah.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian pada tugas akhir ini dilakukan dengan studi literatur pada jurnal, buku dan sumber pendukung lain yang relevan. Metode penelitian dapat dilihat secara struktural sebagai berikut:

Gambar 1.3
Diagram Alir Metode Penelitian
1.5.1 Analisa Kebutuhan Sistem
Kebutuhan pengguna dapat ditentukan ditentukan dari tipe pengguna yang ingin dilayani dan service seperti apa yang diinginkan pengguna, termasuk kebutuhan data tentang kepadatan pengguna yang terdapat di lokasi tersebut, sehingga dapat ditentukan jumlah sektor yang diperlukan.
1.5.2 Pengelompokan Kebutuhan Berdasarkan User
Kebutuhan Jaringan adalah kebutuhan utama yang ditentukan dari komponen-komponen diatas dan termasuk karakteristik yang harus dimiliki di dalam jaringan.[2,3]
1.5.3 Perhitungan Bit Rate Sistem
1.5.3.1 Penentuan Bit rate sektor
Bit rate menentukan jumlah sel yang dibutuhkan dalam suatu daerah layanan.

1.5.3.2 Penentuan Radius Sel
Luas sel dapat ditentukan dari radius sel tersebut. Dari jumlah sel dapat diketahui luas dan jumlah sel yang dibutuhkan.
1.5.4 Penentuan Jumlah Sel
Penentuan jumlah sel untuk mencakup suatu daerah tertentu.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, tujuan, rumusan, batasan masalah, metode, dan sistematika penulisan tugas akhir
BAB II : Dasar Teori
Pada bab ini memuat berbagai dasar teori yang mendukung dan mendasari penulisan tugas akhir ini.
BAB III : Kebutuhan Sistem dan Parameter Teknologi
Parameter teknologi wimax dan aspek aspek yang dibutuhkan dalam teknologi ini
BAB IV : Analisa Data Dan Perancangan
Bab ini membahas analisa dari data dan perhitungan dari perancangan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas kesimpulan dari seluruh penelitian tugas akhir ini.

IMPLEMENTASI TEKNIK WATERMARKING DIGITAL PADA DOMAIN DCT UNTUK CITRA BERWARNA

Kemudahan distribusi media digital, khususnya melalui internet ternyata
memberikan dampak negatif bagi usaha-usaha perlindungan hak cipta atas media digital. Watermarking digital sebagai salah satu solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah ini, dihadapkan pada permasalahan ketahanan terhadap distorsi yang mungkin terjadi selama proses distribusi.

Ada beberapa teknik watermarking digital yang pernah diusulkan oleh para peneliti, baik itu yang bekerja pada domain spasialnya maupun yang beroperasi pada domain frekuensinya. Teknik-teknik watermarking pada domain frekuensi ternyata cukup baik dalam mengatasi permasalahan ketahanan terhadap distorsi.

DCT (discrete cosine transform) sebagai salah satu jenis transformasi yang banyak digunakan dalam dunia citra, kompresi JPEG adalah salah satu contohnya, mentransformasikan nilai intensitas pikselnya ke dalam frekuensi dasarnya. Implementasi watermarking digital dengan menggunakan domain DCT ternyata menunjukkan kinerja ketahanan yang cukup baik, khususnya terhadap kompresi JPEG.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan teknologi Internet dalam beberapa tahun terakhir ini, telah
membawa perubahan besar bagi distribusi media digital. Media digital yang
dapat berupa teks, citra, audio dan video dapat dengan mudah didistribusikan melalui Internet. Kemudahan distribusi media digital melalui Internet disisi lain dapat menimbulkan permasalahan ketika media tersebut terlindungi hak cipta (copyright). Sesuai dengan sifatnya, media digital memungkinkan tak terbatasnya salinan yang sulit dibedakan dengan aslinya, dan dengan mudah didistribusikan maupun diperbanyak oleh pihak-pihak yang tidak berhak.

Pemasalahan diatas, membawa perubahan cara pandang peneliti terhadap
metode yang digunakan untuk melindungi hak cipta pada media digital.
Kriptografi dalam konteks perlindungan terhadap hak cipta media digital ternyata tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Teknik kriptografi hanya mengijinkan pemegang kunci yang benar saja yang dapat mengakses media digital terenkripsi, tetapi ketika media ini telah didekripsi tidak ada lagi cara untuk melacak hasil reproduksi. Watermarking digital menawarkan solusi lain yang lebih tepat untuk masalah ini, teknik watermarking melindungi media digital dengan data tertentu yang tertanam secara permanen di dalam media yang bersangkutan.

Discrete Cosine Transform (DCT) banyak sekali digunakan didunia citra
khususnya dalam hal kompresi citra. JPEG merupakan salah contohnya, ia
memanfaatkan DCT untuk kompresi citra (Wallace, 1991). Faktor rasio kompresi JPEG yang sangat kompetitif menyebabkan popularitasnya meningkat dengan pesat dewasa ini. Watermark sebagai komponen utama dalam algoritma watermarking digital haruslah tahan terhadap kompresi yang populer ini.

Perumusan Masalah
Algoritma-algoritma watermarking yang bekerja pada domain DCT menurut ukuran bloknya dapat dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu algoritma yang memanfaatkan blok-blok DCT dengan ukuran tertentu yang lebih kecil dari ukuran citra aslinya, misalnya blok dengan ukuran 8x8 atau 16x16. Kelompok kedua menerapkan DCT keseluruh dimensi citra secara langsung. Masalah yang akan dibahas pada penulisan tugas akhir ini adalah cara kerja beserta implementasi algoritma watermarking digital pada citra berwarna yang bekerja pada domain DCT secara langsung, serta ketahanannya terhadap beberapa serangan, khususnya terhadap kompresi JPEG.

Batasan Masalah
Pembahasan atas domain frekuensi pada citra dan Discrete Cosine Transform (DCT) hanya akan diulas secara umum, hal ini dimaksudkan hanya untuk memberikan penjelasan secara global tentang pokok permasalahan yang akan dibahas, sehingga pembahasan tidak dilakukan secara mendalam. Teknik watermarking yang digunakan mengadopsi proposal Barni et al (1998) dengan beberapa perubahan yang dilakukan penulis. Ujicoba serangan terhadap teknik ini dibatasi pada kompresi JPEG dan beberapa teknik pemrosesan citra yang umum, seperti histogram equalization, median filtering, resizing dan penambahan noise.
Implementasi teknik watermarking pada tugas akhir ini menggunakan
program Matlab dari MathWorks Inc.

Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan skripsi ini adalah untuk memahami teknik watermarking digital pada citra yang memanfaatkan domain DCT secara langsung serta dapat mengimplementasikannya untuk citra berwarna. Selain itu juga untuk mengetahui ketahanan teknik ini terhadap beberapa serangan, seperti kompresi citra maupun pemrosesan citra.

Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai algorima watermarking digital berbasis DCT, telah banyak diusulkan oleh para peneliti melalui jurnal – jurnal ilmiah, diantaranya adalah jurnal yang berjudul Secure Spread Spectrum Watermarking for Multimedia, oleh Cox et al (1997), ia membahas penggunaan konsep spread spectrum communication untuk aplikasi watermarking digital. Barni et al (1998) mengusulkan algoritma berbasis DCT pada jurnalnya dengan judul A DCT-Domain System for Robust Image
Watermarking. Teknik watermarking berbasis DCT juga dibahas oleh Langelaar et al (2000) didalam Watermarking Digital Image and Video Data : A State-of-the-Art Overview.

Di Indonesia sendiri ada beberapa ulasan mengenai watermarking digital, diantaranya oleh Supangkat et al (2000) dalam artikel Watermarking sebagai Teknik Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital yang diterbitkan oleh jurnal Teknik Elektro, dan Agung (2001) yang mengulas Digital Watermarking: Teknologi Pelindung HAKI Multimedia. Selain referensi diatas, buku buku yang membahas citra digital serta beberapa literatur mengenai teknik-teknik watermarking digital lainya juga penulis gunakan sebagai bahan pustaka pada penulisan tugas akhir ini.

Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah dengan
terlebih dahulu melakukan studi literatur mengenai algoritma watermarking digital pada beberapa jurnal maupun paper ilmiah yang diperoleh dari Internet serta beberapa buku yang berhubungan dengan citra digital, kemudian penulis melakukan perancangan dan menerapkan algoritma tersebut dengan menggunakan program Matlab.

Sistematika Penulisan
Di dalam skripsi ini, penulis menyusun pembahasan materi skripsi menjadi
beberapa bab. Materi tersebut disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar berlakang masalah, batasan permasalahan,
tujuan penulisan tugas akhir ini, metode penelitian yang dipakai, serta
sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas definisi watermarking digital secara umum, beberapa
karakteristik yang perlu dimiliki sebuah algoritma watermarking, pembahasan singkat akan discrete cosine transform (DCT), watermarking pada frekuensi domain, dan juga ulasan mengenai ruang warna. Serangan terhadap algoritma watermarking digital pada citra juga diulas pada bab ini.

BAB III ALGORITMA WATERMARKING DIGITAL PADA DOMAIN
DCT UNTUK CITRA BERWARNA
Bab ini mengulas algoritma watermarking digital pada domain DCT untuk
citra berwarna beserta analisis teoritis terhadap algoritma ini dan juga
pemilihan threshold.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN HASIL UJI COBA
Pada bab ini dibahas implementasi algoritma watermarking digital dari bab
III, dan beberapa hasil uji-coba terhadap citra terwatermark, termasuk citra yang dikenai serangan.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA DAN HUBUNGAN OPEN-DELTA

Pada suatu sistem transmisi yang efisien, penyaluran tenaga listrik secara terus menerus tanpa terputus adalah suatu hal yang mutlak. Akan tetapi adakalanya dapat terjadi kerusakan pada transformator yang dipakai pada sistem transmisi tersebut, dimana hal tersebut akan mengganggu penyaluran listrik. Oleh karena itu harus dilakukan tindakan antisipasi agar penyaluran listrik dapat terus berjalan sementara sebelum transformator yang rusak tersebut diperbaiki atau diganti. Contohnya, dapat terjadi kerusakan pada salah satu belitan fasa pada transformator tiga fasa, yang dapat menyebabkan terputusnya aliran listrik untuk sementara. Pada kondisi darurat seperti ini, transformator yang rusak tersebut masih dapat dipergunakan walau hanya dua fasa saja yang dapat bekerja. Kedua fasa yang masih baik tersebut dapat dipakai dengan cara menghubungkannya dengan mempergunakan hubungan Open-Delta, dimana dengan memakai hubungan ini tegangan tiga fasa dapat terus disalurkan meskipun transformator hanya memiliki dua buah fasa yang dapat bekerja dan satu fasa yang lain dalam keadaan rusak.
Di dalam tugas akhir ini akan melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efisiensi antara transformator tiga fasa hubungan delta yang biasa dipakai dalam keadaan normal dengan transformator tiga fasa hubungan open-delta yang dapat dipergunakan dalam keadan darurat. Dengan menggunakan transformator percobaan yang terdapat di laboratorium akan didapatkan data yang akan dipergunakan untuk menghitung efisiensi dari kedua jenis transformator tersebut dalam keadaan berbeban. Data yang didapat akan dipergunakan untuk membandingkan efisiensi antara transformator tiga fasa hubungan delta dan transformator tiga fasa hubungan open-delta. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam istilah elektro, transformator adalah suatu alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi yang sama. Perubahan energi listrik yang terjadi adalah perubahan tegangan dan arus. Pada transformator suplai tegangan dan arus yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus searah (DC) tidak dapat dikonversikan oleh transformator.
Jenis-jenis transformator sangat banyak, tetapi secara umum dapat diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu Transformator Daya, Transformator Distribusi dan Transformator Pengukuran. Dalam aplikasinya di lapangan transformator yang paling banyak dipergunakan adalah Transformator Daya dan Transformator Distribusi. Pada umumnya jenis transformator yang dipergunakan sebagai Transformator Daya dan Transformator Distribusi adalah transformator tiga fasa, karena suplai tegangan dan arus yang masuk dari pembangkit tenaga listrik adalah tegangan dan arus tiga fasa.
Pada saat-saat tertentu transformator tiga fasa yang dipergunakan dapat mengalami kerusakan. Contoh kerusakan yang bisa terjadi adalah kerusakan pada salah satu belitan fasanya, sehingga menyebabkan penyaluran tegangan dan arus terputus. Hal ini akan mengakibatkan kerugian baik di pihak produsen listrik maupun konsumen yang memakai listrik. Oleh karena itu harus dilakukan suatu tindakan sementara agar transformator yang rusak tersebut dapat terus bekerja melayani beban secara sementara sebelum dilakukan perbaikan atau pergantian transformator.
Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian terhadap transformator dalam keadaan terjadi kerusakan pada salah satu belitan fasanya dan hanya dua belitan fasa yang dapat bekerja untuk menyalurkan tegangan dan arus tiga fasa. Pengujian ini bertujuan untuk memperbandingkan efisiensi transformator dalam keadaan normal dengan keadaan ketika terjadi kerusakan seperti diatas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian dengan metode-metode yang efektif dan efisien.

I.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Memberikan penjelasan tentang cara pemakaian transformator dalam keadaan darurat, ketika terjadi kerusakan pada salah satu fasanya dan hanya dua fasa yang dapat bekerja untuk menyalurkan tegangan dan arus tiga fasa.
2. Untuk menjelaskan perbandingan efisiensi antara transformator dalam keadaan normal hubungan Delta dengan transformator dalam keadaan terjadi kerusakan hubungan Open-Delta.

I.3 BATASAN MASALAH
Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada :
1. Pengujian efisiensi transformator dalam keadaan normal hubungan Delta dan pengujian efisiensi transformator dalam keadaan darurat hubungan Open-Delta.
2. Transformator yang dipergunakan adalah transformator buatan Pabrik AEG-Jerman pada Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro FT-USU dengan rating sebagai berikut :
Transformator tiga fasa : 2000 VA ; 50 Hz
Primer : 36,7-63,5 Volt ; 5,3 Ampere
Sekunder : 127-220 Volt ; 3,2 Ampere

I.4 MANFAAT PENULISAN
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Mahasiswa Departemen Teknik Elektro yang ingin memperdalam pengetahuan tentang Transformator.
2. Penulis sendiri untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya mengetahui cara pemakaian transformator dalam keadaan darurat untuk sementara ketika terjadi kerusakan agar dapat terus melayani penyaluran daya.
3. Penulis sendiri untuk mengetahui perbandingan efisiensi transformator hubungan Open-Delta dibandingkan dengan transformator hubungan Delta.
4. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menjadi sumbangan dalam memperkaya pengetahuan sehingga dapat memunculkan ide-ide yang baru dalam menemukan suatu metode untuk mengetahui atau meningkatkan nilai efisiensi dari suatu transformator.

I.5 METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN
A. Metode Penulisan
Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya :
1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain
2. Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU
3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen Teknik Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama mahasiswa.

B. Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan.

BAB II TRANSFORMATOR
Bab ini menjelaskan tentang transformator secara umum, konstruksi, prinsip kerja, rangkaian ekivalen, operasi kerja paralel, keadaan tanpa beban dan keadaan berbeban serta rugi-rugi dan efisiensi.

BAB III TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA DAN TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA
Bab ini menjelaskan tentang hubungan belitan transformator tiga fasa hubungan delta dan hubungan open delta, arus dan tegangan serta daya pada hubungan belitan transformator tiga fasa hubungan delta dan hubungan open delta, perbandingan rugi-rugi dan efisiensi transformator tiga fasa hubungan delta dan hubungan open delta.

BAB IV PERBANDINGAN EFISIENSI TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN DELTA DAN TRANSFORMATOR TIGA FASA HUBUNGAN OPEN-DELTA
Bab ini menjelaskan tentang penerapan perhitungan efisiensi transformator tiga fasa hubungan delta dan hubungan open-delta yaitu dengan melaksanakan percobaan pada transformator di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro FT USU.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil percobaan.

Perancangan Dan Pembuatan Sistem Terkomputerisasi Untuk Mendeteksi Kebakaran Dan Kebocoran LPG Berbasis Mikrokontroller AT89C51

Untuk mengatasi suatu masalah pada saat terjadi kebakaran dan kebocoran gas LPG yang bisa terjadi kapan saja. Maka dengan adanya alat ini dapat menjadikan salah satu pemecahan masalah didalam mengatasi kebakaran dan kebocoran gas LPG.
Perencanaan dan pembuatan alat untuk mendeteksi kebakaran dan kebocoran gas LPG ini menggunakan tiga sensor yang terdiri dari dua buah sensor yang dihubungkan dengan komperator dan satu buah sensor yang dihubungkan dengan ADC 0804. Rangkaian sensor gas TGS2610 akan mengeluarkan tegangan 5 volt pada saat mendeteksi gas butana lebih dari 1800 ppm pada permukaan sensor. Keluaran rangkaian sensor suhu LM35 menjadi 5 volt dan rangkaian sensor LDR sebesar 5 volt bila terdapat asap yang menghalangi permukaan LDR dari sumber cahaya. Alat ini juga dilengkapi dengan handpone yang dapat mendial/menelpon, sehingga dapat menghubungi petugas pemadam kebakaran dengan cepat.

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring dengan perkembangan zaman. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga.
Kemajuan teknologi terutama di bidang piranti elektronika, mendorong manusia untuk membuat peralatan elektronika tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai sendi kehidupan, misalnya pembuatan peralatan keamanan.
Saat ini berbagai cara telah dikembangkan orang untuk mencegah gangguan-gangguan keamanan dan bahaya yang dapat terjadi kapan saja tanpa pernah dapat diduga sebelumnya. Sifat gangguan kebakaran dan kebocoran gas ini kemudian dirinci lagi agar dapat dipadamkan dengan sensor yang paling tepat digunakan. Sistem keamanan dapat dibangun dengan berbagai sensor yang masing-masing memiliki peranan tersendiri dalam memberikan informasi dan tanpa disadari juga bahwa bahaya kebakaran dan kebocoran gas tersebut dapat berakibat fatal.
Berdasarkan hal tersebut diatas terpikirkan penulis membuat sesuatu alat pendeteksi kebakaran dan kebocoran gas LPG (Liquefied Petroleum Gas) yang portabel, tidak terlalu rumit dan dapat menginformasikan bahaya berupa suara, sehingga kita dapat langsung mengerti apa yang sedang terjadi dan dapat segera menyelamatkan diri.
Beberapa judul tugas akhir mengenai otomatisasi suatu alat atau pengaturan sensor-sensor untuk keamanan memang telah ada. Tugas akhir yang memiliki ide permasalahan dan sistem alat yang paling mirip adalah dengan judul Perancangan Sistem Terkomputerisasi untuk Mendeteksi Kebakaran Dan Kebocoran LPG Berbasis Mikrokontroller AT89C51. Alat-alat yang dipakai pada tugas akhir tersebut adalah :
• Sebuah Komputer dan piranti antar muka PPI 8255
• Sensor suhu sebagai deteksi kebakaran.
• Sensor asap untuk mendeteksi kebakaran dengan menggunakan LDR.
Dasar teori asap kebakaran lebih cepat terdeteksi dibanding panas yang ditimbulkan.
• Sensor gas LPG
• Sistem pemancar air.
Kelebihan-kelebihan alat tersebut dibanding dengan yang telah ada adalah :
? Menggunakan Mikrokontroller, sehingga peralatan lebih portabel dan memerlukan daya reletif kecil.
? Tidak memerlukan ruangan khusus untuk memasang alat ini.
? Menggunakan output berupa suara, sehingga langsung dapat dipahami bahaya apa yang terjadi dan lokasi bahaya tersebut.
? Mengaktifkan sistem penanggulangan bahaya berupa pengaktifan pemancar air bila terjadi kebakaran dan mengaktifkan penyedot udara bila terjadi kebocoran gas.
? Pemantaun tidak perlu dilakukan di ruangan khusus dan dapat dilakukan siapa saja.
? Dapat langsung menghubungi pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.
Berdasar alasan tersebut maka dalam tugas akhir ini penulis berusaha merencanakan dan merancang pengatur listrik di mana terdapat kelebihan-kelebihan sehingga diperoleh suatu sistem keamanan yang semakin reliable dan ekonomis.

II. RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dapat ditekankan pada :
1. Bagaimana merancang alat pendeteksi kebakaran dan kebocoran gas LPG dengan komponen penyusun yang dapat dengan mudah dijumpai dipasaran.
2. Bagaimana membuat rangkaian komperator yang dapat membuat output pada sensor berlogika 1 atau 0 pada kondisi yang kita inginkan dengan menggunakan Op-Amp.
3. Bagaimana merancang program Mikrokontroller AT89C51 dengan menggunakan bahasa assembler sehingga mikrokontroller dapat digunakan sebagai pengontrol pada alat ini.
4. Bagaimana merancang pengalamatan IC ISD untuk menghasilkan output suara yang menunjukkan bahaya apa yang terjadi dan ruang terjadinya kebakaran atau kebocoran LPG.
5. Bagaimana cara mengaktifkan sistem penggulangan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
6. Bagaimana mengaktifkan handphone untuk memanggil pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.
III. TUJUAN
Tujuan Perancangan dan pembuatan alat ini adalah untuk mencegah terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh kebocoran gas secara dini, dengan mengaktifkan fan untuk mengeluarkan gas LPG secara otomatis dan memberi informasi. Alat ini juga dilengkapi pendeteksi kebakaran bila terjadi tanpa terjadi kebocoran gas LPG dan langsung menghubungi dinas pemadam kebakaran terdekat melalui handphone secara otomatis.

IV. BATASAN MASALAH
Dalam menyusun tugas akhir ini diperlukan suatu batasan masalah agar tidak menyimpang dari ruang lingkup yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya :
1. Pembahasan sensor TGS 2610 sebagai sensor gas.
2. Pembahasan sensor LM 35 dan LDR sebagai sensor kebakaran.
3. Pembahasan Mikrokontroller AT89C51
4. Pembahasan rangkaian ISD.
V. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari penulisan materi tugas akhir ini, maka penulis mengadakan kegiatan antara lain :
? Kajian pustaka
Yaitu melakukan kajian ndengan cara mengumpulkan dan membaca literature sebanyak mungkin berupa buku referensi tentang Trafo Arus, Sensor Infrared, MC AT89C51, dan jurnal-jurnal dari internet
? Desain sistem
Melakukan perancangan dan pembuatan suatu alat pendeteksi kebakaran dan kebocoran gas LPG menggunakan MC AT89C51 dan dapat menghubungi pemadam kebakaran.
? Pengujian alat pendeteksi kebakaran dan kebocoran gas LPG menggunakan MC AT 89C51
Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan perkembangan dari rencana alat yang telah direncanakan dan dibuat
? Kesimpulan
Menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan

VI. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar pembahasan dari Perencanaan dan Pembuatan Alat pengantar ini terbagi dalam beberapa bab yaitu :
Bab I Pendahuluan
Meliputi; latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan.
Bab II Dasar Teori
Berisi tentang teori dasar yang berhubungan dengan alat yang direncanakan
Bab III Perencanaan dan Pembuatan Alat
Berisi tentang, perencanaan dan pembuatan alat.
Bab IV Pengujian Alat
Membahas tentang pengujian alat serta analisa hasil pengujian.
Bab V Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran